Pemanfaatan modul pada Joomla 1.0 dalam implementasi Lib.2.0 pada Website Perpustakaan
Pustakawan STIE Perbanas Surabaya
Seperti yang pernah ditulis oleh Pustakawati STIE Perbanas Surabaya, dalam hal ini oleh saudari Dyana Purwandini dalam artikel buletin Perbanas sebelumnya pada kolom Perpustakaan dengan judul: Library-tech, dan atau pada link website berikut ini: http://library.perbanas.ac.id/artikel/library-tech.html, maka kami berusaha mewujudkan impian tersebut sebagai salah bukti keikutsertaan kami dalam perkembangan teknologi Perpustakaan online.
Pada awalnya Digital Library lahir dari Amerika Serikat dan menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Tentang perdebatan istilah digital library sendiri di Indonesia sempat bermunculan beberapa definisi mengenai apa digital library itu sendiri. Sebagai sesuatu yang baru pada saat itu (sekitar tahun 1990-an), maka wajar beberapa pustakawan di Indonesia saling memunculkan definisi digital library hingga akhirnya sebuah kesepakatan awal tentang definisi muncul dan tertulis dalam Digital Library Federation (DLF)1 yang dalam arti secara umum dalam Bahasa Indonesia adalah berbagai organisasi yang menyediakan sumberdaya, staf yang terlatih khusus untuk memilih, mengatur, menawarkan akses, memahami, menyebarkan, menjaga integritas, dan memastikan keutuhan karya digital, sedemikian rupa sehingga koleksi tersedia dan terjangkau secara ekonomis oleh sebuah atau sekumpulan komunitas yang membutuhkannya.
Berangkat dari Digital Library itulah, maka muncul konsep DELOS2 yang menyatakan bahwa ada tiga pilar penting dalam Digital Library, yaitu Digital Library (DL), Digital Library System (DLS), dan Digital LIbrary Management System (DLMS).
Konsep DELOS juga menjelaskan bahwa tiga pilar tersebut diatas didukung oleh 4 aktor atau pelaku utama, yaitu: DL-end users, DL-designer, DL-system administrators dan DL-application developers.
Selanjutnya, dari 4 aktor utama tersebut, yang sekarang santer di perbincangkan dikalangan pustakawan adalah DL-end users, dimana pengguna perpustakaan (pemustaka) sebagai pihak yang memanfaatkan fungsi-fungsi perpustakaan digital. Para pemustaka akan melihat perpustakaan digital sebagai entitas dalam keadaan siap (statefyl entity) yang menjalankan fungsi-fungsi sesuai kebutuhan mereka. Gerak dan hasil kerja fungsi-fungsi ini diaktifkan oleh para pemustaka serta sangat bergantung kepada keadaan perpustakaan digital sewakttu dikontak oleh pemustakanya. Termasuk dalam keadaan perpustakaan digital ini adalah keadaan koleksinya dan kondisi aksesnya. Anggapan atau kebutuhan akan kesiapan perpustakaan sebagai entitas itulah yang memberi inspirasi lahirnya Lib 2.0 atau Web 2.0.
Library 2.0 bukan tentang pencarian tapi penemuan, bukan tentang akses tetapi berbagi dan menganggap pemustaka sebagai komunitas, Secara fisik, jika perpustakaan belum beroperasi secara online, maka Lib 2.0 dapat diwujudkan jika pustakawan/perpustakaan sering berkomunikasi dengan pemustaka, baik diskusi formal maupun komunikasi yang disisipkan ketika melakukan layanan. Secara virtual, Library 2.0 menggunakan Web 2.0 tools untuk memberikan layanan perpustakaan baik membangun sendiri web berbasis Lib 2.0 atau memanfaatkan aplikasi yang ada seperti Blogs and WIKI, RSS Feeds, Facebook, Social Bookmarks, Tagging dan CMS yang mendukung Web 2.0 seperti Wordpress dan Joomla.
Contoh nyata dari penerapan Web 2.0 atau Lib 2.0 adalah membuat blog berisi artikel yang bisa diberikan komentar oleh pemustaka, memiliki alamat social network yang aktif/update, membangun komunitas berbagi informasi, koleksi, file pada dunia maya/internet dan layanan online 24 jam selama 7 hari.
Perpustakaan STIE Perbanas Surabaya dalam hal ini pengelolaan website mencoba mengaplikasikan salah satu implementasi Web 2.0 tersebut dengan memanfaatkan CMS Joomla 1.0 sebagai basis sistem manajemen konten. Kelebihan Joomla yang memiliki fitur yang dapat dikonfigurasi sedemikian rupa sehingga mampu mengadopsi secara umum berbagai konten yang diperlukan pemustaka adalah dimilikinya modul. Berbagai modul tersebut memang memiliki kelemahan diantaranya adalah kurang fleksibel dalam hal tampilan, akan tetapi jika ingin dimodifikasi tampilannya juga bisa, meskipun melalui bahasa pemrograman PHP.
Beberap modul untuk Lib 2.0 tersebut adalah Shout Box modul, Joomla Comment 3.26 modul, dan Online Support modul. Adapun rincian fungsi modul tersebut adalah sebagai berikut :
a. Shout Box modul: berfungsi sebagai layanan komunikasi antar pemustaka dan non pemustaka (tamu) layaknya chatting dengan pemustaka dan pustakawan dan atau pemustaka dengan pemustaka/non pemustaka lainnya. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas ini memungkinkan semua keluhan, saran dan pendapat dapat dimasukkan dan menjadi bahan evaluasi Perpustakaan
b. Joomla Comment 3.26 modul: berfungsi sebagai layanan komentar atau review atas artikel, tulisan/blog dan atau news, sehingga pemustaka dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi Perpustakaan, Pustakawan dan pemustaka lainnya.
c. Online Support modul: berfungsi sama dengan chatting diatas, akan tetapi lebih spesifik berhubungan dengan Pustawakan yang bertugas sebagai web admin dengan memanfaatkan Yahoo! Mesengger sebagai sarana komunikasinya.
Selain dari kesemua hal tersebut diatas, Perpustakaan STIE Perbanas Surabaya juga membuka kotak saran, sebagai layanan yang mengutamakan kepuasan pemustaka sesuai prosedur ISO yang sudah diterapkan di STIE Perbanas Surabaya secara keseluruhan, termasuk Perpustakaan. Selanjutnya manfaatkan fasilitas tersebut dengan mengunjungi website Perpustakaan STIE Perbanas Surabaya di : http://library.perbanas.ac.id
Daftar Rujukan:
- http://www.diglib.org/roles/survey1a.htm
- http://www.delos.info/
- Perpustakaan digital: dari A sampai Z/ Putu Laxman Pendit, Cita Kami: Jakarta, 2008
- Interaksi Pemustaka dan Perpustakaan pada Lib 2.0: makalah/ Purwoko, makalah disampaikan pada workshop “LIBRARY TECH: Layanan Perpustakaan Berbasis WEB 2.0, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, tanggal 7-9 Agustus 2009
- Mastering CMS dengan Mambo/Joomla: cara instan menjadi webmaster andal/Adhi Rachdian dan Andy Sikumbang, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006